Pada 10 Maret 2021, Balai Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi dengan Embrio Ternak Cipelang lakukan sinergi riset pemanfaatan teknologi kriopreservasi embrio ikan.  Melalui pertemuan di BRPI,Sukamandi yang dihadiri oleh Kepala BRPI dan Kepala BET,Cipelang serta para peneliti dari masing-masing UPT. Dalam sambutan Kepala BRPI Dr.Joni Haryadi ucapkan terimakasih kepada Kepala Balai beserta para peneliti telah berkenan hadir untuk membahas sinergi riset pemanfaatan teknologi kriopreservasi embrio pada ikan untuk kembangkan Bank Genetik ikan Indonesia (BGI).

“Di bidang perikanan, kriopreservasi dapat bermanfaat dalam upaya konservasi plasma nutfah atau spesies ikan yang hampir atau terancam punah dan di bidang perikanan budidaya, kriopreservasi dapat dimanfaatkan dalam penyediaan stok sel untuk peningkatan produktivitas budidaya.” Jelas Dr. Joni Haryadi

Kepala BET Cipelang, Oloan Parlindungan mengatakan, “BET telah melakukan teknik kriopreservasi ini pada sapi, namun pada ikan masih perlu mencari formula yang cocok sehingga embrio dapat bertahan lama dan terjaga kualitasnya dengan baik.”

Mudah-mudahan kita dapat menemukan formula yang cocok untuk pembekuan embrio, sehingga embrio dapat disimpan dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama.” Tambah Oloan Parlindungan

Selanjutnya, pengambilan sperma ikan nilem untuk sebagai sampel dalam pengaplikasian teknologi kriopreservasi. Pada tahap awal sinergi riset kriopreservasi, akan diuji cobakan terhadap pembekuan sperma ikan nilem.

 

Dikutip dari laman BPTP Sulsel, kriopreservasi berasal dari kata krio yang berarti beku, dan preservasi yang berarti penyimpanan pada temperatur rendah. Jadi Kriopreservasi adalah teknik penyimpanan materi genetik dalam keadaan beku pada temperatur rendah. Tujuan utama dari teknik ini adalah untuk menyimpan, memelihara, dan menjamin kelangsungan hidup suatu materi genetik.

Kriopreservasi memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungannya adalah 1) dapat disimpan dalam waktu tidak terbatas asalkan media tempat penyimpanan (kontainer) tetap terisi N2 cair, 2) dapat dikoleksi setiap saat, 3) dapat digunakan kapan saja bila dibutuhkan, 4) melestarikan plasma nutfah dan tidak perlu mengimpor atau memelihara ternak memiliki genetik tunggal. Sedangkan kerugiannya adalah biaya operasional pelaksanaannya sangat mahal, tenaga pelaksana harus memiliki skill yang tinggi, dan hanya sel gamet yang berkualitas baik yang dapat dan layak disimpan dalam keadaan beku.

Teknik kriopreservasi dibedakan atas dua metode yaitu metode konvensional dan vitrifikasi. Pada metode konvensional pembawa materi genetik ternak (sel gamet) disimpan pada suhu dibawah 0OC dan disertai dengan pembentukan kristal-kristal es. Pembentukan kristal-kristal es dimulai pada bagian ekstraseluler. Akibatnya terjadi dehidrasi sehingga menimbulkan kekeringan yang sangat hebat dan disertai dengan kerusakan organel-organel intraseluler seperti mitokondria, lisosom dan sebagainya. Sedangkan teknik vitrifikasi adalah proses fisik berupa pemadatan medium krioprotektan berkonsentrasi tinggi selama pendinginan tanpa disertai pembentukan kristal-kristal es, dimana dalam keadaan padat distribusi ion-ion dan molekul tetap seperti dalam fase cair

Dengan ada sinergi riset kriopreservasi kembangkan Bank Genetik Ikan Indonesia, diharapkan dapat menemukan formula dan metode yang tepat dalam menyimpan embrio maupun sperma sebagai plasma nutfah. Banyak manfaat dengan adanya riset ini diantaranya sebagai tindakan konservasi spesies ikan endemik Indonesia yang hampir punah.

 

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *