Sejak tahun 2000-an, produksi ikan mas di sentra budidaya Cirata mengalami penurunan yang sangat drastis. Penyebab penurunan produksi tersebut adalah timbulnya wabah penyakit yang disebabkan oleh virus KHV (Koi Herpesvirus). Pembudidaya lokal menyebut penyakit ini penyakit insang (asang: bahasa daerah), karena KHV menyerang organ insang ikan mas hingga membusuk. Penyakit ini membunuh ikan mas budidaya dengan sangat cepat, antara 6-10 hari sejak serangan pertama dimulai. Jumlah kematian akibat penyakit KHV bias mencapai 80-100% ikan mas yang dibudidayakan. Akibat penyakit ini, banyak pembudidaya yang beralih ke komoditas lainnya, terutama ikan nila. Hal ini dilakukan karena virus KHV hanya menyerang ikan mas saja, sedangkan ikan lainnya tidak terinfeksi.
Permasalahan yang kedua di sentra-sentra produksi benih seperti di Desa Jati ini adalah kurang tersedianya induk yang memadai. Selain jumlahnya kurang, kualitas induk yang ada juga kurang baik sehingga jumlah dan mutu benih yang dihasilkan rendah. Sebagai gambaran, BBI Jati hanya mempunyai sekitar 200 kg induk untuk memenuhi kebutuhan induk semua pembenih. Yang dilakukan adalah BBI secara bergiliran akan meminjamkan induk yang matang reproduksi untuk kegiatan pembenihan di UPR, sedangkan UPR yang lain hanya bisa menunggu giliran berikutnya setelah ada induk-induk yang matang reproduksi pada periode berikutnya. Sistem ini jelas akan menghambat produksi benih di tingkat UPR. Untuk itu, ketersediaan induk dalam jumlah yang cukup serta kualitas yang baik mutlak diperlukan di sentra-sentra produksi benih ikan mas seperti di Desa Jati tersebut.
Dengan adanya permasalah tersebut Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Riset dan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendapat mandat membentuk induk unggul jenis-jenis ikan untuk kegiatan budidaya. Saat ini BRPI telah menghasilkan beberapa varietas unggul ikan, salah satunya adalah ikan mas Mustika. Ikan mas Mustika merupakan ikan mas hasil seleksi dengan laju pertumbuhan cepat serta tahan penyakit KHV. Selain tumbuh cepat dan tahan penyakit KHV, ikan mas Mustika juga mempunyai keunggulan lain yaitu tahan kondisi lingkungan, tingkat efisiensi pakan relatif tinggi serta produktivitas yang tinggi pula. Ikan mas Mustika secara resmi telah dilepas ke masyarakat pada tahun 2016 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Hingga saat ini, ikan mas unggul ini sudah tersebar hampir di sebagian wilayah Indonesia, meliputi Pulau Jawa, Sumatera, sebagian Kalimantan dan Sulawesi. Dengan ikan unggul hasil pemuliaan BRPI, ikan Mustika sangat cocok dalam menjawab permasalahan yang terjadi, sehingga pembudidaya tidak perlu khawatir tentang permasalahan kematian masal pada ikan mas.
Sementara itu kebutuhan benih untuk kegiatan di sekitar Kab. Cianjur, khususnya di Waduk Cirata serta tersedianya induk-induk unggul hasil seleksi yaitu ikan mas Mustika di BRPI, maka pengembangan pembenihan ikan mas di Desa Jati perlu dikembangkan. Hal ini mendorong BRPI untuk melakukan inisiasi dalam pengembangan sentra benih ikan mas tahan penyakit KHV di wilayah Kecamatan Bojongpicung Kab. Cianjur. Program ini sejalan dengan program Pemerintah Daerah Kab. Cianjur, yaitu Cianjur Ngawangun Lembur, atau yang biasa disebut dengan CNL. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyediaan induk unggul untuk pembentukan benih ukuran kebul, serta uji coba pencetakan benih ukuran sangkal di Desa Jati untuk pasokan benih di sentra pembesaran di Waduk Cirata. Dengan tersedianya induk unggul, jumlah kebul yang dihasilkan akan semakin banyak, kualitas dan kontinuitasnya akan semakin terjaga. Keberhasilan pencetakan benih ukuran sangkal di tempat yang sama juga akan meningkatkan efisiensi pengadaan benih serta akan meningkatkan pendapatan para pembenih itu sendiri. Selain itu, harga benih yang lebih terjangkau juga akan menarik para pembudidaya pembesaran untuk mencari benih dari wilayah di sekitar lokasi budidayanya. Semakin banyak pembenih yang menghasilkan benih unggul maka akan semakin banyak pembudidaya pembesaran mencari benih di wilayah tersebut. Hal ini akan memberikan efek bola salju yang semakin besar terhadap pengembangan usaha budidaya perikanan, khususnya ikan mas. Keberlanjutan usaha tersebut tidak bisa lepas dari peran Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan, dalam hal ini pihak BBI serta BRPI sebagai lembaga penyedia induk unggul. Sinergi yang baik antara BRPI, BBI, UPR dan pembudidaya diharapkan dapat mendongkrak peningkatan produksi ikan mas di sentra produksi di waduk Cirata, kab. Cianjur.
No responses yet