Budidaya ikan lele terus berkembang di arena ikan lele telah diterima sebagai salah satu ikan konsumsi utama serta kemudahan dalam aspek teknis budidayanya. Keberhasilan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih, dan kualitas benih tersebut ditentukan oleh keunggulan induk. Pemuliaan ikan lele telah dilakukan Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) yang terletak di Sukamandi, Jawa Barat  dan menghasilkan strain unggul ikan lele dengan nama lele Mutiara. Keunggulan ikan lele Mutiara telah banyak dibuktikan oleh masyarakat pembudidaya, sehingga menyebabkan tingginya permintaan kebutuhan akan induk dan benih ikan lele Mutiara yang merupakan akronim dari ikan lele bermutu tinggi tiada tara. 

BRPI Sukamandi yang merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, sebagai penghasil induk unggul perlu berkolaborasi agar induk hasil pemuliaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.   Kolaborasi yang sinergis antara BRPI dengan pemerintah kabupaten Jepara diharapkan mampu menciptakan kemandirian benih lele Mutiara di Kabupaten Jepara.

Rabu, 3 April 2021 bertempat di pendopo kabupaten Jepara, Bupati menerima 15 paket induk lele Mutiara yang diserahkan langsung oleh kepala BRPI, Joni Haryadi. Kepala BRPI pada kesempatan ini menyampaikan bahwa, Induk ikan lele Mutiara merupakan strain unggulan yang dihasilkan melalui kegiatan pemuliaan ikan lele Afrika (African catfish) yang dilakukan di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Ikan lele Mutiara dirilis pada 27 Oktober dengan nama MUTIARA (MUtu TInggi tiadA taRA) dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 77/KEPMEN-KP/2015. Ikan lele Mutiara memiliki pertumbuhan 20-70% lebih cepat dibandingkan strain lele yang lainnya. Selain itu, lele mutiara juga hemat dalam penggunaan pakan sehingga dapat menekan biaya pengeluaran. Angka rasio konversi pakan (FCR) lele mutiara hanya 0.5-0.8, adapun strain lele lainnya berkisar 1-1.2. Ikan lele mutiara juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit. Hal ini dibuktikan dengan uji coba yang dilakukan dengan cara merendam ikan lele Mutiara dalam bakteri Aeromonas hydrophila selama 60 jam dengan tingkat mortalitas hanya 30%. Lele Mutiara ini juga memiliki tingkat keseragaman ukuran mencapai 70-80%.   

Ikan Lele “MUTIARA” hasil pemuliaan dari BRPI Sukamandi ini telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan masyarakat Indonesia, dengan capaian hingga saat ini tidak kurang dari 8.600 paket calon induk (43.000 ekor jantan & 86.000 ekor betina) yang telah didistribusikan ke 31 Provinsi dan 217 Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ikan lele “MUTIARA” dengan beberapa keunggulannya yang telah teruji secara ilmiah maupun secara lapangan dapat diterima masyarakat pembudidaya ikan lele di Indonesia dengan berbagai karakteristik alamnya yang berbeda-beda. Dengan kata lain ikan lele “MUTIARA” ini mampu mendukung program ketahanan dan kedaulatan pangan masyarakat Indonesia.

Bupati Jepara secara langsung menyerahkan induk Lele Mutiara  tersebut kepada kelompok pembudidaya ikan Mina Barokah, Mina Usaha Mandiri, Mina Usaha Bersama, dan Pondok Pesantren Ummul Quro, dengan harapan semoga Induk lele Mutiara dari BRPI dapat membantu meningkatkan kemandirian benih ikan lele di kabupaten Jepara untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya akan benih berkualitas untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan masyarakat pembudidaya.  Beliau juga berharap agar pesantren  dapat mengembangkan “pesantren preneur” sebagai sarana pembelajaran bagi santri sekaligus sebagai usaha yang dapat dikembangkan di dalam manajemen pondok pesantren.

 

Dr. KH. Mashudi, Mag, selaku Sekjen Idarah Aliyah JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah), mengucapkan terimakasih atas upaya bersama antara Pemerintah kabupaten Jepara dengan BRPI untuk mengembangkan perikanan budidaya terutama ikan Lele Mutiara.  Melalui pendampingan langsung dari para peneliti yang menghasilkan lele Mutiara, beliau optimis lele Mutiara akan berkembang lebih cepat dan proses transfer teknologi dapat lebih baik.

 Mashudi ini menerapkan manajemen ganda, yakni salafi (tradisi pesantren) dan ‘ashri (modern). KH Mashudi sendiri mendirikan pesantren tersebut karena kecintaannya terhadap ilmu agama dan lingkungan pesantren yang pernah dia rasakan ketika masih menimba ilmu dahulu.  Beliau yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren Ummul Quro, juga menyampaikan bahwa, konsep pesantren yang beliau asuh dibuat agar mampu mengikuti perkembangan masyarakat dengan tujuan untuk memotivasi masyarakat agar mau menuntut ilmu secara seimbang, yakni ilmu umum dan ilmu agama. Para santri selain, mengkaji ilmu-ilmu agama, juga keterampilan yang ada di pesantren termasuk budidaya perikanan.

Pada acara tersebut yang juga dihadiri oleh Habib Abu Bakar Alatas Ketua DPW Rabithah Alawiyah Jawa Tengah dan DIY, beliau menyampaikan bahwa pondok pesantren memiliki potensi sebagai salah satu penggerak kekuatan ekonomi rakyat. Karena itu, melatih para santri mengenai kewirausahaan budidaya perikanan akan meningkatkan kompetensi dan daya saing santri sekaligus menyiapkan sumber protein bagi lingkungan pondok serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang harapannya menular ke masyarakat luas untuk kesejahteraan bersama.

 

 

 

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *